Mencicipi kelezatan kuliner jakarta masa lalu

                     Jakarta, -Mengapa ada restoran yang mampu bertahan bertahun-tahun, sementara juga tak sedikit restoran yang hanya sempat menjamu pembeli dalam hitungan bulan ? Lantas, kenapa juga ada restoran yang melegenda dan tetap diburu pembeli meski telah berusia tiga generasi ? Apa rahasia dibalik daya pikat dan kokohnya pertahanan restoran-restoran itu dalam menghadapai persaingan ?

Sebenarnya, yang menjadikan restoran-restoran itu melegenda adalah kemampuan mereka menjaga konsistensi kelezatan masakannya. Mereka mampu menjaganya sepanjang jaman. Seperti restoran pizza misalnya, tak jarang pengelola rumah makan rela merogoh kocek jutaan rupiah untuk menyediakan perlengkapan memasak seperti jaman baheula(oven kayu) agar citarasa tetap sama. Pengen tahu mana saja tempat makan yang menjadi idola sejak puluhan tahun ? yukk.. kita simak catatannya sampai tuntas.

Es Italia Ragusa (sejak 1932)
Menyebut Ragusa berarti membayangkan sedikitnya satu scoop sensasi kelezatan yang manis di lidah, dan mungkin di hati. Dari sekian banyak pilihan menu yang ada, es krim spaghetti dan es krim banana split menjadi idola. Es krim spaghetti disajikan panjang-panjang menyerupai spaghetti dengan tambahan lelehan cokelat dan taburan kacang halus. Teksturnya sangat lembut dan aroma susunya sangat sedap.

Restoran Padang Natrabu (sejak 1958)
Sebagai makanan yang akrab dengan lidah orang Indonesia, masakan Padang bisa ditemui di seluruh penjuru Indonesia, mulai dari kota kecamatan sampai ibukota Jakarta. Dari ribuan gerai masakan Padang yang ada di Jakarta, hanya sedikit yang mampu mengalahkan status “restoran minang legendaris” yang kadung melekat pada Restoran Natrabu(National Travel Bureau).

Tingkat kepedasannya bisa diklasifikasikan “low”, hal ini untuk menyesuaikan dengan lidah para expatriat yang kerap singgah. Menu-menu yang banyak mengambil hati pengunjung seperti gulai daun ubi tumbuk, rendang, gulai otak, dendeng, dan ikan asam padeh. Semua diracik dengan bumbu rahasia yang menghasilkan kelezatan tiada tara.

Sinar Garut H. Ucu (sejak 1958)
“Sinar Garut” seperti sudah menjadi merek wajib semua pedagang es campur di Jakarta. Tanpa embel-embel “Sinar Garut” pedagang tak mau gambling, dengan resiko tak ada pembeli yang mau singgah. Lantas siapakah foundernya dan di mana lokasinya?

Konon satu-satunya Sinar Garut yang asli bermerek Sinar Garut Insan Putra “Pak Haji Ucu” di Pecenongan. Es campur yang tampil cantik dengan potongan nangka, tape, kelapa, alpukat, kolang-kaling diselimuti oleh serpihan es yang putih menggunung, yang dikucuri susu kental manis dan sirup pisang ambon merah muda cap Bangau, hmmmm… aroma harum semerbak menggoda selera.

Konon keistimewaan es campur ala Haji Ucu terletak pada kemurahan hati penjual yang tak pelit memberi isi, sirup, dan susu kaleng yang sampai setengah kaleng. Kalo ngga mau ngiler, cobain langsung. Warungnya buka mulai pkl. 18.00 hingga larut.

Soto Mie Karanganyar (sejak1967)
Tengok saja Soto Mie Karanganyar, milik Bpk. Sahadi. Kelezatan dari masa lalu telah terukir di benak para pecinta mie. Dengan cita rasa soto mie yang segar, kuah soto tak berlemak, serta penyajian soto mie yang cantik membikin lidah dan hati pembeli terpikat dengan sajian Karanganyar, Jawa tengah ini.

Hmm.. sepertinya, kelezatan kuliner yang melegenda itu harus terus mampu bertahan dan dilestarikan. Jika tidak, bisa jadi anak cucu kita tak akan tahu bagaimana cita rasa otentik masakan legendaris Nusantara. Nah, agar masakan Indonesia tetap bertahan, nggak ada salahnya kan kita berkunjung ke tempat makan jadoel favorit dan menikmati hidangan dari masa lalu ? Selain melestarikan warisan kuliner tempo dulu, siapa tahu kuliner Nusantara juga bisa mendunia seperti pizza

Sumber : Kapanlagi.com

Leave a comment